Pada hari Kamis, 31 Oktober 2024, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Transformative Learning yang diselenggarakan oleh Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Malang. FGD ini dipandu oleh Dr. dr. Mira Dewi, MSc, sebagai moderator, dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Prof. Shailendra Prasad (Prof. Shailey) dari University of Minnesota, Dr. dr. Yuni Susianti Pratiwi dari Universitas Padjadjaran, dan Dr. Eng. Wahyu Ramadhan dari Direktorat TPTP IPB.
Diskusi dimulai dengan pertanyaan dari dr. Iffa mengenai bagaimana cara memastikan bahwa pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, sehingga dapat memicu momen “AHA” atau pencerahan tanpa menyebabkan kelelahan. Prof. Shailey menjelaskan bahwa peran pengajar adalah untuk memberikan tantangan yang tepat, sehingga mahasiswa bisa belajar tanpa merasa tertekan atau menghindari tugas. Ia juga menyarankan agar mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya satu sama lain, bukan hanya dari pengajar, untuk meningkatkan interaksi dan pembelajaran.
Selanjutnya, Dr. Yuni Susianti Pratiwi menekankan pentingnya tidak menjadikan peta konsep sebagai hasil akhir yang dinilai, karena pembuatan peta konsep kini bisa dilakukan dengan bantuan teknologi seperti AI. Di Universitas Padjadjaran, mereka menggunakan studi kasus terbuka yang berkaitan dengan masalah nyata di masyarakat, sehingga peta konsep yang dihasilkan mahasiswa akan bervariasi, tergantung pada cara pandang masing-masing.
Diskusi juga menyentuh topik bagaimana universitas merespon mahasiswa yang belajar materi yang lebih sulit dari level mereka. Dr. Eng Wahyu menjelaskan bahwa di IPB, tidak ada batasan dalam pembelajaran, asalkan mahasiswa tertarik dan ingin mengeksplorasi lebih jauh. Ia menekankan pentingnya mendukung minat mahasiswa untuk belajar lebih dalam.
Dalam sesi tanya jawab, Dr. Asri bertanya bagaimana cara mengukur keberhasilan metode pembelajaran transformasional. Dr. Yuni menjelaskan bahwa di Unpad, mereka sudah menyadari bahwa setiap mahasiswa memiliki cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu, mereka mengganti metode pembelajaran PBL dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini, yaitu pembelajaran yang lebih kritis dan berkelanjutan.
Di akhir diskusi, para narasumber memberikan pernyataan penutup. Dr. Mira menekankan bahwa meskipun pembelajaran transformasional itu menantang, metode ini sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Prof. Shailey mengungkapkan kegembiraannya dengan adanya diskusi ini, terutama dengan peran fakultas muda yang dianggap siap untuk membawa perubahan. Dr. Yuni menambahkan bahwa menjadi pengajar yang baik tidak ada formula yang pasti, karena setiap pengajar memiliki gaya dan perjalanan masing-masing. Dr. Eng Wahyu mengajak semua peserta untuk bekerja sama sebagai tim yang kuat, karena meskipun kita hanya setetes air, jika bersama-sama kita bisa menjadi samudra yang besar. Diskusi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pembelajaran transformasional dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, serta memperkuat komitmen untuk terus berinovasi dalam mendukung proses belajar yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa.