Penyakit Cacar Monyet atau Mpox (Monkeypox) mulai menjadi perhatian banyak pihak. Berdasarkan data harian yang diterima per tanggal 31 Oktober 2023, kasus terkonfirmasi yang dilaporkan sebanyak 22 kasus di Jakarta, 4 kasus di Banten dan 1 kasus di Bandung.
dr. Dinda Iryawati BS, M.K.M, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran menyampaikan bahwa Mpox dapat menular melalui berbagai cara. Mulai dari kontak langsung, terkena percikan, bahkan penularan melalui cakaran atau gigitan hewan.
“Mpox dapat menular melalui kontak langsung kulit ke kulit atau terkena percikan ludah dari orang yang bergejala, kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus, serta penularan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Pada banyak kasus yang terjadi, Mpox menular melalui kontak kulit ke kulit saat berhubungan seksual, termasuk ciuman, sentuhan, dan seks oral. Penularan juga dapat terjadi dari gigitan hewan atau cakaran, atau saat berburu, menguliti atau memasak hewan tersebut,” ucapnya.
Selain itu, dr Dinda menambahkan cacar Mpox (Monkeypox) merupakan emerging zoonosis yang disebabkan monkeypox virus (MPXV), spesies dari genus Orthopoxvirus. Sejak Mei 2022, Mpox menjadi penyakit yang mendapat perhatian kesehatan masyarakat global, karena kasusnya yang dilaporkan dari negara non endemis meningkat cepat.
“Pada tanggal 23 Juli 2022, Direktur World Health Organization (WHO) menetapkan Mpox menjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Per 10 Januari 2023, telah dilaporkan 84.415 kasus dari 110 negara dengan 76 kematian. Indonesia sendiri telah melaporkan satu kasus konfirmasi Mpox pada 20 Agustus 2022,” tambahnya.
Terkait indikasi gejala, dr. Christy Efiyanti, Sp.PD, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran mengungkapkan bahwa seseorang yang telah terpapar Mpox, gejala mulai muncul satu minggu setelah terpapar.
“Gejala dapat berlangsung hingga 2-4 minggu atau lebih pada pasien dengan gangguan sistem imun. Gejala ruam dengan lepuhan pada wajah, tangan, kaki, mata, mulut dan/atau alat kelamin, demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak, atau selangkangan), sakit kepala, nyeri otot dan lemas,” kata dr Christy Efiyanti.
Ia menambahkan, ruam dimulai sebagai ruam datar yang kemudian berkembang menjadi blister terisi cairan dan terasa gatal atau nyeri. Ketika ruam mulai sembuh, lesi mengering dan timbul krusta yang kemudian terkelupas dengan sendirinya. Pengobatan simtomatis dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.
Selain itu, terkait diagnosis, dr Christy Efiyanti, menambahkan bahwa gejala Mpox sulit terdeteksi karena gejala dan tanda menyerupai penyakit lain.
“Deteksi DNA virus dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaan terpilih untuk menegakkan diagnosis. Spesimen didapatkan dari ruam, cairan kulit atau krusta, apus faring atau anal dan rektal,” tambahnya
Pengobatan Mpox dapat dilakukan dengan cara mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi. Pengobatan suportif sejak awal sangat penting untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Vaksin Mpox dapat mencegah infeksi, dengan cara diberikan empat hari setelah kontak dengan pasien Mpox (atau hingga 14 hari bila tidak ada gejala).
Sementara, dr Dinda menyampaikan cara pencegahan yang sesuai dengan pedoman dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2023. Cara pencegahan tersebut seperti dengan melindungi diri dan orang lain, menghindari kontak kulit-ke-kulit atau berhadapan wajah terlalu dekat, termasuk kontak seksual dengan siapa saja yang memiliki gejala. Selain itu, diwajibkan untuk mencuci tangan dengan air mengalir pakai sabun sesering mungkin atau gunakan hand sanitizer, membersihkan area atau benda dan permukaan yang sering disentuh, menggunakan masker dan menerapkan etika batuk.
“Apabila mengalami gejala Mpox, segera mengisolasi diri di rumah dan mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat,” kata dr. Dinda.
Sumber : IPB University